Wednesday 12 December 2012

Review : The Maze Runner by James Dashner


Penulis  : James Dashner
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal : 532 Halaman
Terbit : Cetakan I, November 2011
Genre : Fantasi
Status : Beli

Di balik dinding baja misterius ini,
Mereka harus berlari secepat kilat atau…
Mati.






Sinopsis
Setiap hari mereka harus berlari. Menyusuri lorong maze yang berkelok-kelok di luar dinding glade, tempat mereka tinggal, hingga senja tiba. Dan, ketika kegelapan turun, para pelari harus sudah ada di dalam glade. Ya, pada saat itulah griever, monster buas dan ganas, tak segan menerkam siapa saja yang masih berkeliaran di dalam maze.

Mereka bukan sekadar berlari. Itu cara mereka bertahan hidup. Dengan berlari mereka berharap menemukan jalan keluar dari tempat terkutuk itu. Keluar untuk kembali pulang menjumpai keluarga mereka. Namun, lintasan maze selalu berubah-ubah dari hari ke hari. Rasanya, mustahil bisa keluar dari tempat itu.

Suatu hari pintu batu pelindung mereka tak lagi turun menutup. Griever-griever itu bisa menyeruduk masuk kapan saja. Setiap hari, satu anak dibawa pergi dan lenyap. Satu-satunya jalan adalah bergegas keluar dari tempat itu. Namun, mereka harus melewati maze yang membingungkan dengan sejumlah monster mengerikan di sana. Beranikah para pelari lari keluar dengan nyawa sebagai taruhannnya? Atau, akankah justru lebih baik tetap berada di dalam menanti pencabut nyawa sambil berharap mukjizat datang tiba-tiba?




Footnote 

Thomas berada di dalam sebuah kotak. Di dalam dinding logam yang gelap dan pengap, dia ketakutan. Dia tak mampu mengingat apapun tentang dirinya kecuali namanya. Dia tak tahu kenapa ia ada di sana dan ke mana tempat yang ia tuju. Ia tak mampu menahan emosinya yang tak karuan. Keringat mengucur di dahinya. Ia menunggu cukup lama. Hingga pintu yang ada di atasnya perlahan terbuka.

“Selamat datang di Glade.”

Awalnya keadaan cukup baik meski sang pemeran utama tidak tahu apa yang membuatnya ada di sana. Seperti penghuni Glade yang lain, Thomas mencoba menemukan sesuatu yang bisa ia kerjakan.
Kehidupan mereka seperti kehidupan normal lainnya. Bangun di pagi hari, menjalankan tugas masing-masing dan tetap mematuhi aturan. Berkebun, memasak, bersih-bersih.

Perjuangan mereka tidak berhenti. Thomas mengorbankan dirinya agar mereka semua bisa keluar dari Maze yang telah mengurung mereka. Setelah pintu tak lagi melindungi mereka dari Griever, setelah matahari tak lagi muncul, setelah perbekalan tak lagi datang.

Para penghuni Glade tak pernah menyerah untuk mencari jalan keluar yang tak pernah ada. Mereka telah menyusuri Maze selama dua tahun dan yang mereka temui hanya tepi tebing dengan dasar yang begitu jauh.

“Jika harus mati, kita akan melakukannya dengan perlawanan.”

Mereka mempertaruhkan nyawa agar dapat kembali ke dunia mereka, tempat mereka berasal. Namun beberapa yang telah mengalami perubahan lebih memilih untuk mati ketimbang kembali.

Apa yang sebenarnya terjadi?


My Story

Aku berkunjung ke stand yang dibangun di halaman kantor Penerbit Mizan. Ada sesuatu yang membuatku mengambil buku itu dari tumpukan buku terjemahan yang di tata di atas meja. Aku melihat sebuah buku yang sudah lama kumimpikan. Itu kesempatan pertama aku melihat buku itu. Tapi aku urung membelinya. Kemudian perhatianku terpaku pada The Maze Runner yang ada tak jauh darinya. Kuraih buku itu dan kubaca apa yang ada di sampul belakangnya.

Apa itu Glade, kenapa ada Maze, siapa itu pelari dan seperti apa wujud Griever?

Aku heran kenapa justru buku itu yang aku bawa ke kasir. Aku sengaja datang ke sana untuk membeli buku yang aku damba. Buku (serial ke-limanya) yang entah kenapa justru malah sengaja kubeli untuk temanku padahal aku sendiri belum membacanya. Ada unsur modus kayaknya :P #ops *berharap temanku tidak sampai ke sini*

Sebagai seorang penyihir berdarah murni (yap dan tak lupa hashtag #RavenclawPride :P) aku bisa merasakan sihir dalam buku ini.

Untungnya aku tidak salah pilih mengingat aku tidak tahu apa-apa tentang buku ini. Hanya pernah mendengar sang penerbit mempromosikann buku ini. Sekali dan sepertinya aku berjodoh dengan Alby, maksudku dengan buku ini.


Pin

Dari awal buku ini sudah menampilkan banyak pertanyaan. Beginilah jadinya kalau sang pemeran utama tidak tahu apa-apa. Bahkan namya sendiri. Aku gak perlu bilang kan kalau buku ini bikin penasaran.

Tak banyak tokoh dalam buku ini. Memang dijelaskan kalau penghuni Glade itu sekitar 40 orang dan semuanya laki-laki. Tapi tidak banyak kok yang berperan aktif di dalam buku ini. Hanya beberapa saja. Seperti sang pemimpin yang bernama Alby, wakil pemimpin yang bernama Newt yang sebenarnya lebih waras dari Alby, sahabat Thomas yang lebih muda darinya yang bernama Chuck, tokoh antagonis yang benama Gally, para pengawas yang tak bisa kusebut namanya dan satu-satunya perempuan yang bernama Teresa. Itu sih yang aku perhatikan. Selebihnya hanya lewat saja.

Di tengah cerita muncul seorang perempuan yang juga hilang ingatannya dan hanya mengingat Thomas. Tapi justru disinilah masalah mulai muncul. Namun kehadiran Teresa telah menambah rasa buku ini. Jadi ya ada romantisnya juga lah meski tak begitu terasa XD

Aku berhasil menyukai seorang tokoh di sini. Dengan hal-hal 'sinting' yang ia perbuat. Namun sayang ia harus mati. Lebih tepatnya bunuh diri. Tapi herannya aku tidak menangis. Tapi buku ini tetap membuatku menangis. Bagian mananya baca sendiri saja. Mungkin akan bisa ditebak.

Tapi aku tidak membenci siapapun. Aku hampir membenci Gally kalau saja ia tidak menangis di cerita ini.

Di sini disebut-sebut tentang Wicked. Tapi mereka benar-benar muncul di akhir cerita dan sama sekali tidak dijelaskan sebenarnya mereka itu siapa.

Sadar ataupun tidak buku setebal ini hanya menceritakan beberapa hari saja. Tidak sampai sebulan. Seingatku tidak sampai dua minggu. Tapi deskripsi yang rinci membuat cerita ini berlangsung begitu lama. Bandingkan saja dengan cerita Harry Potter. Setiap bukunya bercerita tentang keadaan selama setahun kan?

Beberapa kalimat 'keren' muncul di sini. Kata-kata yang tak masuk akal, jarang kudengar, tapi buatku begitu menarik. Hanya istilahku saja. Seperti kalimat "Jika kau ingin menahanku karena menyelamatkan nyawa orang lain, silahkan saja. Kali lain aku berjanji akan menuding dan mentertawakan mereka, lalu pergi menyantap makan malam Frypan."

Karakter tokohnya juga kuat. Tapi tidak membuat cerita ini bisa ditebak.

Aku memang bercucuran air mata. Tapi kesedihanku hilang setelah membaca sebuah percakapan antara Thomas dan Teresa. Aku tertawa lepas membaca bagian ini "Bagaimana kamarmu? Ingin rasanya kau ada di sini. | Oh, ya? Dengan sekumpulan anak laki-laki bau? Kurasa tidak. | Kurasa kau benar. Kuduga Minho sudah tiga kali buang angin semenit terakhir ini."


Postcard

5 of 5 stars!

Sebenarnya aku gak tahu sebuah review itu bercerita tentang apa. Tapi ini ceritaku :p

Akhir kata aku minta maaf jika aku membuat spoiler :P

Oh ya, terima kasih untuk mas Jun yang sudah mengirimkan e-book 1,5 The Maze Runner padaku dan mbak Ren yang mengirimkan The Scorch Trials (sekual The Maze Runner) sebagai hadiah giveaway. Can't wait to read it :)

No comments:

Post a Comment