Monday 14 October 2013

Review : Koyasan by Darren Shan

Penulis : Darren Shan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 120 Halaman
Tahun Terbit : Mei 2009
Genre : Fantasi, Horor
Status : Beli

The spirits are waiting...







Sinopsis 
Di desa Koyasan ada jembatan batu sempit yang menghubungkan desa dengan pekuburan kuno. Semua teman Koyasan senang bermain ke pekuburan itu, termasuk Maiko, adik Koyasan yang masih kecil. Cuma Koyasan yang tidak berani menyeberangi jembatan tersebut.

Suatu malam jiwa Maiko dicuri arwah-arwah yang gentayangan di pekuburan kuno itu. Menurut Itako, tetua desa, untuk menolong Maiko, Koyasan harus merebut jiwa Maiko malam ini juga. Karena saat fajar tiba, jiwa Maiko akan menyerpih dan tak terselamatkan.

Footnote

Dear Koyasan,

Aku mengerti rasa takutmu.

"Kebanyakan orang merasa takut suatu waktu dalam hidupnya. Itu tidak berarti mereka pengecut. Pengecut adalah mereka yang tidak melakukan apapun ketika rasa takut mengancam menghancurkan mereka."


Sama sepertimu, aku juga menghidari apapun yang membuatku takut. Tapi kau tahu kan? Suatu saat nanti kita akan dipertemukan dengan ketakutan kita.

Lalu hantu-hantu di kuburan memaksamu menyebrangi jembatan. Mereka mencuri roh Maiko. Meski kalian mendapat raganya, tapi ia kosong dan akan mati. Kau pergi, malam itu juga setelah mendengar penjelasan dari Itako. Kau menyebrang jembatan, layaknya menyebrang dunia yang berbeda.

Dan mereka muncul. Hantu-hantu yang pada dasarnya terbentuk karena pikiranmu. Kau tidak bisa lari atau sembunyi apalagi meminta pertolongan. Mereka akan mengepungmu, menyiksamu, mencabut nyawamu dan mempermainkanku.

Satu-satunya cara adalah menghadapi mereka, mengalahkan mereka. Lebih penting lagi menyelamatkan jiwa Maiko.

Aku tak ingin menulis lebih banyak lagi.

Aku punya ketakutan yang sama. Aku bukan takut jembatan. Tapi aku juga takut hantu dan kuburan.


ryana.


My Story

Udah lama aku cari buku ini. Terbit empat tahun yang lalu. Mencari buku ini lebih susah ketimbang Darren Shan Saga yang sempat cetak ulang di tahun 2010. Aku gak heran sih. Gak banyak teman-temanku yang kenal om Shan. Keberadaan buku ini juga tidak setenar Darren Shan Saga yang memungkinkan makin sulit cari buku ini.

Aku gak ngubek ngubek di toko buku. Tapi online. Buka sana, out of print, buka sini out of print. Cari yang bekas udah sold out.

Lama carinya. 

Hingga ada online bookshop yang ternyata belum aku kunjungi--setelah membuka semua online bookshop yang aku tahu--dan mereka punya buku ini.

Untunglah yang jual bekas--yang aku temukan hanya beberapa menit sebelum toko buku online yang aku ceritakan--lama membalasnya. Harga barunya lebih mahal dari harga barunya.

Sempet bales notif pesanan di email. Kaget juga mereka masih punya stock di kala yang lain tidak.

Bahagianya akhirnya usahaku berbuah manis.

*lanjut berburu buku-buku om Shan*


Pin 

Dari 13 buku om Shan yang udah aku baca, ini yang paling serem >.<

Om Shan mengambil setting di Jepang. Sepertinya cerita ini ditulis saat om Shan lagi di sana. Ceritanya pendek dan mungkin karena Om Shan di Jepangnya bentar. Tapi, 12 buku Darren Shan Saga terbit dalam versi manga (yang harganya sesuatu ._.).

Kenapa aku bilang kisah ini serem?

Karena Jepang itu, meski modern tetep memegang adat. Kayak festival misalnya. Dan cerita ini tentang Koyasan yang harus berkeliaran di Kubulan (ya, kata Maiko sang adik sih Kubulan) karena jiwa Maiko diambil oleh arwah yang gentayangan setiap malam di sebrang sungai.

Koyasan tikak pernah berani untuk menyebrang meski teman-temannya sering main di kuburan.

Dan di Indonesia kan ada kuburan. Mana aku bacanya malem melulu dan lebih sering pas lewat tengah malam. Jadi horrornya lebih berasa.

Kalau vampir kan ceritanya di luar negri, jadi horrornya gak berasa. Dan Darren Shan Saga itu gak ada serem-seremnya buatku tapi malah sedih. Secara nyeritain tentang kehidupan meski kehidupan vampir.

Dan endingnya. Aku tidak memasukan endingnya ke manapun. Bukan akhir bahagia, bukan akhir sedih, bukan pula akhir yang digantung.

Darren punya cara sendiri untuk mengakhiri ceritanya.

Dan hal inilah yang semakin membuatku bertekad menjadi penghuni Shanville.



Postcard


2 comments:

  1. boleh tanya, beli koyasanya di mana ya? saya mau beli juga...thank you

    ReplyDelete
  2. kalo boleh tau belinya dimana yaa? makasiihh

    ReplyDelete