Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 192 Halaman
Terbit : Cetakan ke-3, Januari 2010
Genre : Fantasi
Status : Dulu pinjam kini beli
Who will rule the night...
Setelah meloloskan diri dari kejaran Kurda dan para vampaneze, Darren Shan terseret arus jeram yang menggila di perut Gunung Vampir. Berkat keberuntungan vampir, Darren selamat.
Begitu keadaannya pulih, Darren brupaya keras menemukan jalan kembali ke Gunung Vampir. Ia bertekad memperingatkan klan vampir akan pengkhianatan Kurda dan mencegah jatuhnya lebih banyak korban, meskipun itu berarti menghadapi hukuman mati yang harus diterimanya karena telah gagal dalam Ujian Inisiasi.
Footnote
Dear Darren,
Kupikir kau akan mati. Arus deras ke pusat gua, untungnya masih ada keberuntungan vampir yang tersisa yang membuatmu berhasil bertahan hingga tiba di luar gunung vampir.
Tapi kenapa musti telanjang sih? Gak kepikiran apa buat nyari daun atau ranting atau apa kek gitu?
Untunglah kau bertemu serigala. Bukan manusia. Apalagi saya #eh
Tapi lihat sisi buruknya. Pantatmu digigit serigala kan?
Meskipun memang maksud mereka baik :))
Dan akhirnya kau berkumpul dengan kelompok serigala. Mendadak menjadi 'bayi' serigala sampai kau cukup kuat untuk bergabung dengan ketua kelompok mencari buruan yang akan dijadikan makan malam.
Di tengah misi mencari makanan, kau melihat Mr. Crepsley, Arra, Kurda dan pengawalnya. Seandainya dia tidak mengkhinatai klan vampir, mungkin aku akan menyukainya. Dia calon pangeran termuda kan? Pikirannya pasti dipenuhi gagasan-gagasan baru bukan gagasan kuno seperti yang selalu diingatkan oleh para leluhur vampir.
Tentu saja, aku tidak mendukung gagasan Kurda untuk berdamai dengan saudara jauh vampir. Vampaneze memiliki perbedaan yang terlalu jauh dengan vampir. Alasan mereka untuk membunuh setiap manusia yang telah dihisap darahnya bukanlah hal yang manusiawi. Oke, kalian bukan manusia. Tapi pikirkanlah, kalian juga pernah menjadi manusia kan?
Kurda juga pandai bersandiwara. Berpura-pura mencemaskanmu. Sebenarnya dia cemas. Tapi aku tidak mengerti apa yang ia cemaskan. Bukankah ia berusaha untuk menyelamatkanmu sebelum kau terjatuh ke dalam arus sungai yang menggila? Bukankah ia telah melarang vampaneze untuk membunuhmu karena kau masih muda dan memiliki pemikiran akan gagasan baru?
Ah, Kurda bikin pusing saja!
Lebih baik kita memusingkan perjalanan kau kembali ke Gunung Vampir untuk memperingatkan klan.
Kau kembali. Berusaha untuk menyelamatkan nyawa. Sekaligus menjemput kematianmu.
"Kemarilah, Thomas. Aku sudah memberitahumu tidak usah mengetuk. Upacara penoobatan tinggal dua jam lagi. Kita tidak punya waktu untuk..." | "Halo, Seba." | "Darren?" | "Satu-satunya di dunia ini." | "Apa kau hantu?" | "Apakah aku tampak seperti itu?" | "Ya." | "Aku bukan hantu, Seba. Ini aku. Aku nyata. Sentuh aku kalau kau tidak percaya." | "Kau dijatuhi hukuman mati." | "Sudah kuduga."
Tapi semua pantas mendengarkanmu. Hanya vampir sejati yang mendahulukan kepentingan klan di atas kepentingan pribadinya. Dan kau menyela prosesi penobatan pangeran dan hal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Kau gila tapi berani.
"Katakan apa yang hendak kausampaikan, Darren--tapi buat singat saja." | "Coba kita lihat apakah ini cukup singkat untuk kalian--Kurda Smahlt membunuh Gavner Purl."
Dan huru-hara terjadi karena Kurda tidak membantah tuduhanmu. Tapi Vampaneze yang berkeliaran di 'istana' kalian yang perlu kalian khawatirkan.
Perang tak terhindarkan. Korban berjatuhan. Dan berita mengerikan datang.
Sang Penguasa Vampaneze telah ditemukan.
Tapi kematian-kematian itu....
"Arra menyuruhku berjanji, menjelang kematiannya, bahwa aku tidak akan membiarkan Darren mati. Kumohon padamu--jangan memaksaku memilih antara kesetiaanku padamu dan sumpahku padanya."
Aku membiarkan air mataku terjatuh. Aku turut berduka. Mereka orang-orang baik. Orang-orang menyenangkan meski pernah menyakitimu di arena pertandingan dan latihan. Tapi setidaknya kau tetap hidup....
"Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan." | "Katakan 'Ya', kalau tidak kami terpaksa membawamu ke Aula Kematian dan melubangi tubuhmu."
Berita yang benar-benar mengejutkan bukan?
"Kau harus patuh padaku kalau aku setuju, benar kan?" | "Tentu saja. Aku dan yang lainnya." | "Kau bakal melakukan apa pun yang kukatakan?" | "Ya. Tapi jangan berpikir kau dapat memerintahku sesuka hati."
Dan sepertinya mulai saat ini aku harus memanggilmu dengan panggilan Sire....
regards,
ryana
My Story
Waktu kelas tiga SMP, aku jadi salah satu dari tiga orang perwakilan sekolah untuk ikutan lomba matematika sekota Bandung dan Cimahi. Aku ingat saat aku, Ica dan Fadhil berjalan keluar sekolah di jam pelajaran. Bertemu dengan guru dan bilang kalau kami mau mabal (baca:bolos pelajaran dengan keluyuran).
Perlu kukatakan kalau kami kalah.
Kayaknya aku sih yang bikin kalah :|
Soalnya Ica yang kerap kali aku panggil teh Ica itu juara umum di angkatanku. Dia yang mendapatkan nilai tertinggi dari anak sepuluh kelas. Fadhil juga pintar. Yah, kebanyakan anak pintar masuk kelas A atau B. Sedangkan aku sendiri berasal dari kelas G. Entah deh dulu gimana milihnya.
Yang pasti jeda setelah kami usai mengerjakan soal tertulis yang dikerjakan kelompok dan pengumuman grup yang mau ke babak selanjutnya, aku melihat Ica mengeluarkan buku. Dan ternyata buku ini yang dia keluarkan. Otomatis aku pengen pinjam dong. Waktu itu di perpustakaan cuma ada cerita dari satu sampai lima. Gak ada lagi lanjutannya.
Setelah membujuk dan meyakinkannya kalau aku akan menjaga bukunya dengan sepenuh hati, akhirnya aku punya kesempatan buat meneruskan.
Pin
Ini awalnya tumben aku gak ngerti. Mungkin karena diawali dengan Darren yang terombang ambil di sungai dan pikirannya kacau jadi pikiranku ikut kacau.
Dan ini cerita juga keitung pendek.
Bagian menyenangkan buatku adalah saat Darren berkumpul dengan serigala untuk bertahan hidup. Dan perangnya gak menegangkan. Meski agak tragis menurutku. Sempet bikin nangis....
Setiap buku, ada saja yang bikin aku tertawa. Tapi dibuku ini, aku gak bisa ketawa. Dari awal udah tegang mulu bawaannya. Karena selalu merasa kalau keberuntungan vampir Darren telah habis dan dia bisa mati kapan saja.
Inget waktu pertama kali baca. Kata teh Ica aku jangan baca bagian akhirnya. Dan kecenderungan membantah sebenarnya, justru aku liat bagian belakang dan menyesal :|
Endingnya gak ngengantung. Tapi ceritanya menggantung. Masih ada enam buku lagi :D
Postcard
No comments:
Post a Comment