Saturday 30 November 2013

Review : CineUs by Evi Sri Rezeki

https://www.goodreads.com/book/show/18483357-cineus
Penulis : Evi Sri Rezeki
Penerbit : teen@noura
Tebal : 304 Halaman
Tahun Terbit : Agustus 2013
Genre : Teenlit
Status beli

Di dunia ini ada dua hal yang pantas diperjuangkan. Impian dan cinta.









Sinopsis

Demi menang di Festival Film Remaja, Lena rela melakukan apa saja. Bukan hanya demi misi mengalahkan mantan pacarnya yang juga ikut berkompetisi, tetapi karena dia pun harus mempertahankan Klub Film sekolahnya. Soalnya klub kecilnya bersama Dania dan Dion itu kurang didukung oleh pihak sekolah. Padahal salah satu kreativitas siswa bikin film, kan!

Untung ada satu orang yang bikin hari-hari Lena jadi lebih seru. Si cowok misterius yang kadang muncul dari balik semak-semak. Apaaa? Eh, dia bukan hantu, lho … tapi dia memang punya tempat persembunyian ajaib, mungkin di sanalah tempat dia membuat web series terkenal favorit Lena. Nah, siapa tahu cowok itu bisa membantu Lena biar menang di festival.

Kisah Lena ini seperti film komedi-romantis yang seru. Jadi, selamat tonton, eh, baca :)


Kita nonton dulu aja deh book trailernya....



Footnote

Dear Lena,

Aku tahu bagaimana perjuangan meraih mimpi. Setelah sekian lama, akhirnya kalian berhasil memdirikan klub film. Meski kalian perlu waktu satu tahun untuk menambah anggota dari 3 orang jadi 10 orang.

Segalanya tak akan berjalan mulus apalagi ada 10 otak yang bisa saja punya kehendak yang berbeda. Pasti suatu saat kalian akan berselisih paham. Saat Rizki dan Ryan datang justru Romi dan yang lainnya pergi.

Rizki dan Ryan adalah movie maker dari webseries yang selalu kalian tonton bersama. Mereka bekerja sama meski awalnya setengah-setengah. Tapi mereka pekerja keras. Bahkan demi sebuah film pendek dan game, mereka rela bolos sekolah.

Ah, kalau aku pasti udah digorok ortu.

Selanjutnya kalian diserang oleh Romi dan Movie Clubnya. Markas, ide cerita, para pemain kalian dirampas olehnya. Tapi kalian tidak pernah berhenti berusaha untuk bangkit dan meraih mimpi. Didorong pula oleh taruhan dengan Adit, kalian semakin berkeras untuk menang. Kalian berusaha bertahan. Sampai akhirnya Dion pergi.

Tanpanya, segalanya tak lagi sama.

"Begitulah, ketika kita merasa kehilangan. Segalanya terlihat berbeda, atau barangkali cara pandang kita yang berubah."

Selanjutnya kalian berusaha membuat Dion kembali.

"Merenung itu harus dilakukan pada saat momen tertentu, seperti saat kita sedang melakukan kesalahan atau ada hal-hal yang membutuhkan keputusan."

Bertahan dan kalian berusaha memenangkan piala itu untuk Dion. Tapi kau, Lena, ingat taruhanmu dengan Adit. Obsesimu untuk mengalahkannya membuatku kehilangan yang lain. Satu persatu pergi. Di saat Dion kembali, justru Rizki tak ingin melihatmu lagi.

Jika aku jadi kau, jika aku seorang tuan putri, aku akan memperlakukan pangeran kodok layaknya pangeran sejati.


ryana



My Story

Sebenarnya beli buku ini udah lama. Sengaja beli buat ikutan lomba review :p Kesempatan pertama dateng ke kantor Mizan di Cinambo, aku langsung beli buku ini sebelum launching bukunya. Cerita tentang acara launching bisa kamu baca di sini

Mantep kan? Baru pertama kali aku punya buku sebelum acara launchingnya XD


Tapi pas aku cek lagi ternyata aku beli tiga hari sebelum launching! Aku beli hari senin dan launchingnya hari kamis :))

Baca bukunya dikejar deadline. Tadinya bulan ini aku gak akan baca buku apapun karena mengejar NaNoWriMo. Tapi nyerah deh. Belum bisa nulis 50.000 kata dalam sebulan. Padahal misi awalnya sih ngejar tulisan aja biar cepet kelar ._.


Pin

Berhubung teh Evi minta review yang komplit.... 

Aku peretelin sekalian ya...

Mohon maaf ya teh, gak ada maksud menjelek-jelekkan....

Balik lagi ke review....

Secara keseluruhan, buku ini lumayanlah buat aku. Buat aku yang udah ninggalin genre teenlit :p Yah, bukan faktor usia sih sebenarnya. Karena jiwa aku tetep muda lho *lalu ryana disodorin akte kelahiran*. Masalahnya sih satu. Kebanyakan cerita teenlit itu klise. Kalau gak musuh jadi cinta ya sahabat jadi cinta. Endingnya udah ketebak. Konfliknya juga ringan dan gak perlu mikir. Padahal aku baca buku itu buat belajar. Teenlit emang menghibur, tapi kebanyakan gak bisa bikin aku belajar. Kebanyakan lho ya gak semua :))

Yang ini juga teenlit. Tapi lumayan kok. Temanya tentang klub film. Dan selama aku sekolah, gak pernah ketemu sama klub yang satu ini. Saat SD aku ikut pramuka, saat SMP ikut PMR dan saat SMF ikut ISAA (OSIS, di sekolahku namanya ISAA). Abaikan yang ini.

Buku ini nambah ilmu juga. Menambah istilah. Seperti Webseries, intro logo, tagline website, dan lain lain. Tapi aku yakin gak lama lagi pasti lupa. Kenapa lupa? Karena gak dipake. Secara aku berkecimpung di dunia kesehatan. Mana pernah pegang handycam. Yang ada pegang mortir dan stamper.

Tapi setidaknya ada banyangan sederhana tentang apa yang terjadi dibalik layar. Di sini diceritakan sebuah penggarapan film pendek dari munculnya ide sampai acara nonton bareng. Yang paling aku sukai dari buku ini adalah potongan skenario! That's what i need. Karena jauh di lubuk hati aku yang terdalam (*lalu menutup muka karena malu) aku pengen nulis skenario. Tapi entar aja. 

"Kenapa enggak kejar impian dari sekarang?" - Lena di halaman 250 

Karena mau nulis cerita dengan bener dulu. Kalau udah bener baru lanjut ke skenario ._.

Openingnya lumayan. Karena gak dimulai dengan kata pada suatu hari dan di pagi hari. Seorang penulis bilang padaku kalau opening seperti itu sebaiknya ditinggalkan saja. Lebih baik gunakan kalimat lain. Tapi di buku pake adegan lain. Tahu-tahu ada sesuatu yang 'wah' dan bikin para tokoh utama gembira.

Oh iya (kesannya pelupa banget ya? Belum apa-apa udah oh iya XD), di buku ini tokoh yang perlu diingat gak banyak. Fokusnya cuma sama Lena, Dania, Dion (Sedikit OOT, pas baca kata Dion, yang pertama kali terlintas di otak aku itu mas Dion @ Baca Biar Beken XD), Rizki dan Ryan. Yah sama tokoh pendamping Romi dan Adit. Ada juga kembar Eva dan Evi. Menurutku nama panjang mereka adalah Eva Sri Rahayu dan Evi Sri Rezeki. Kalau dua-duanya berseliweran di timeline twitter, kalau cuma liat fotonya, aku gak bisa bedain :)) Miripnya.... Sayang beud perannya cuma sedikit >.< 

Selain (Teh) Eva dan (Teh) Evi, Teh Evi (kok agak ribet ya? XD) menuliskan hal lain yang juga nyata di buku ini. Seperti film The Ring, Puss In Boots dan Doraemon. Ada juga nama industri film Walt Disney. Dan juga nama tempat seperti Bandung (yang ini lebay :p yakin 100% setiap pembaca buku ini sebelumnya pernah dengar tentang Bandung) dan Pasir Jati (kalau yang ini pasti pada gak tahu)

Beberapa hal (dengan keisengan yang jarang muncul XD) aku cek kebenarannya. Yaitu website www.festivalfilmremajaindonesia.com yang ternyata tidak ada. Akun twitter @Aditmuls yang juga gak ada. Dan akun twitter @LeNamira dan di sini kecolongan >.<

Saranku hati-hati aja. Kali aja di luar sana ada pembaca yang iseng kayak aku XD Aku justru gak masalah sama website dan akun yang gak ada. Tapi justru malah bagus. Namanya juga buku fiksi. Tapi yang @lenamira ini ternyata ada. Akun milik Lena Klein yang diprotect yang cuma punya 3 tweets, 4 following dan 1 follower saat aku menulis hal ini. Agak mengganjal di hati pas tahu kalau ternyata akunnya benar-benar ada. Tapi aku yakin bisa tambah seru lagi kalau akun itu benar ada dan tweet-tweetnya pun ada :D Jadi feelnya lebih ngena. Tapi kalau website dibikin beneran sih ujungnya malah bisa jadi masalah ._. Aku inget pernah dapet sms undian penipuan yang nyantumin website dan ternyata website itu memang ada beserta halaman-halaman dan artikelnya. Tapi pas aku cek ke akun twitter resminya katanya mereka tidak mengadakan undian. Jadi aku laporkan saja websitenya dan biar mereka yang melakukan tindak selanjutnya. Cuma mau share pengalaman dikit. Itu penipu niat amat ya -_-

Sedikit tentang Pasir Jati yang membuatku jadi mikir pas baca bukunya. Di buku Pasir Jati digambarkan "....terletak jauh di luar kota Bandung. Sepanjang jalan terhampar sawah-sawah, jalanan berkelok-kelok ekstreem, bahkan beberapa wilayah belum di aspal. Keretek--alat transportasi yang ditarik oleh kuda--berseliweran mengangkut penumpang yang juga berfungsi membawa hasil bercocok tanam ke kota." seperti yang aku kutip langsung dari halaman 161. Masalahnya....

Pertama, aku ini tinggal di kota Bandung. Ke dua, aku ini tinggal di Cijambe. Ke tiga, biasa ada pasar minggu di Pasir Jati dan aku ke sana kalau gak males. Ke empat, jalan kaki dari rumahku (yang masih masuk ke daerah Kota Bandung meski kelurahannya Pasir Endah bukan Pasir Jati karena seingatku Pasir Jati sudah masuk ke Kabupaten Bandung) ke pasar minggu di Pasir Jati itu paling lama mungkin sekitar satu jam. Ke lima, jalan ke Pasir Jati itu nanjak. Ke enam, aku suka jalan sampe tukang dagang terakhir yang ada di atas (pasar minggu ini memang di pinggir jalan. Dari perempatan hanya lurus ke atas dan pedagang hanya jualan di pinggir jalan itu) dan dari atas situ aku sudah bisa melihat Kota Bandung. Ke tujuh, Pasir Jati itu di gunung. Meski belum bisa menelusuri bagian atasnya, aku merasa sedikit ragu kalau ada sawah-sawah terhampar sepanjang jalan. Ke delapan, jalan kelok-kelok dan ekstrem dan belum di aspal emang ada. Di atas tapi. Di bawah udah mulus dan jalannya lurus karena jalan perumahan. Ke sembilan, Keretek ini pernah aku temui, tapi bukan di Pasir Jati yang ini. Kalau dari jalan A.H. Nasution kan lurus ke atas, nah di pertigaan belok kanan. Nanti ada pertigaan lagi dan kalau ke Pasir Jati itu belok kanan. Keretek ini aku temui kalau aku jalannya lurus. Ke sepuluh, itulah Pasir Jati yang kutahu. Memang Pasir Jati itu luas. Tapi (jangan marah dulu ya teh Evi) sekali lagi, itulah Pasir Jati yang aku tahu, yang pernah aku kunjungi. Jadi otomatis saat teh Evi bercerita tentang Pasir Jati, otak aku langsung membayangkan Pasir Jati yang kutahu. Dan yang kutahu tidak seperti yang dibuku ._. Yang seperti teh Evi gambarkan yang kutahu daerah Pasir Wangi atau Pasir Kunci. Lebih ke atas lagi kalau itu. Alhasil, hal pertama yang kepikiran pas bagian ini adalah "Beneran teh Evi pernah ke Pasir Jati?" Kalau soal setting tempat, memang terserah penulis. Tapi karena alasan ini aku berhati-hati untuk tidak menyebutkan tempat yang nyata di buku kecuali aku benar-benar tahu tentang tempat itu bukan sekedar pernah lewat apalagi dengar dari orang lain. 

Ternyata teh Eva juga membaca review ini dan terciptalah percakapan kami tentang Pasir Jati yang membuatku harus mengupdate review ini.


Gak cuma setting tempat yang digambarkan dengan jelas. Tapi juga tokohnya digambarkan jelas. "Pak Kandar berperawakan pendek untuk ukuran laki-laki. Badannya tidak kurus dan tidak gemuk, kulitnya sawo matang. Rambutnya runcing-runcing dan beruban. Matanya bulat seperti kelereng. kelopak mata dan kantung matanya besar." Ini gak membantu aku dan malam bikin pusing. Otak aku merasa dipaksa untuk memvisualisasikan (*lebay lagi*) pak Kandar di otakku dengan benar. Kalau untuk tokoh sampingan, menurutku tidak perlu. Karena begitu disebut pak Kandar di otak aku udah ada bayangan seseorang. Pak Karyat, teman kerjaku :p

Selain deskripsi, di buku ini juga dikasih gambar. Sayangnya ada yang penempatannya gak pas. Seperti ilustrasi di halaman 232 yang menggambarkan tentang suasana di festival film, padahal di ceritanya sudah meninggalkan tempat itu sejak halaman 225.

Soal perpindahan tempat, kini tentang perpindahan ruang dan waktu (*masih lebay*). Di sini ada bagian Lena lagi di dunia nyata, eh ternyata dia lagi mimpi. Ini pas banget lho. Aku masih bingung si Lena ini acara tidurnya di sebelah mana sampe tahu tahu udah bangun dari mimpi padahal adegan terakhirnya itu masih nyambung sama kejadian di dunia nyata.

Di kejadian itu ada horronya juga sih. Tapi sayang gak ngena sama sekali horrornya. Mungkin karena aku baca sambil makan keripik pedas di siang bolong XD

Sedikit tentang setting waktu. Sempet dijelasin kalau kantor POS itu tutup jam 4 sore, Sama seperti kasusnya Pasir Jati. Kantor POS yang sering aku datangi (sering dalam ukuranku, setidaknya sebulan sekali lah) tutup jam setengah enam sore. Aku pernah jam setengah lima baru capcus beli buku di Mizan, lalu langsung ke tukang fotokopi beli amplop coklat, lalu ke Kantor Pos, bungkus paket di sana, nulis alamat dan kirim dan aku gak ditinggalin sama petugasnya.

Ada juga bagian yang sebut saja melayang ke langit lalu dihempas ke bumi. Gak cuma pemerannya yang terhempas, aku juga terhempas :')

Di suatu bagian, Dion yang terkenal oon (ini gak contain spoiler kan?) dijelaskan kenapa dia bisa begitu. Dijelaskan setelah sekian kejadian si Dion ini oon. Aku lebih suka hal ini dijelaskan di ke-oon-nan Dion yang petama. Kalau diundur kayak gini, berasa di PHP (?) #eh.

Tapi aku suka dengan kata "#gagalfokus". Ini penulisnya tukang wara wiri di sosmed kayaknya :))

Kalau soal alur cerita sih udah bagus. Gak kayak teenlit teenlit yang udah aku tinggalin. Meski settingnya di kota, kalimat yang digunakan adalah kata yang emang biasa digunakan oleh remaja. Gak terlalu baku dan gak terlalu gaul. Dalam percakapan maupun narasi. Ada beberapa kalimat berbahasa Inggris juga. Tapi ada satu yang maksudnya belum tertangkap olehku yaitu kalimat "Ok, wait until fat lady sing!"

Tapi seperti teenlit lain yang sudah aku tinggalkan, alurnya mengalir. Ini poin plus dari teenlit menurutku. Tapi ya itu. Tapi mulu ya? XD Kebanyakan temanya klise.

Yang aku sayangkan, setting di rumahnya sedikit sekali. Kentara kalau mereka memang berjuang sendirian. Maksudku hanya satu tim itu saja yang berusaha membesarkan klub mereka. Yang paling aku sayangkan adalah gak munculnya orangtua Lena saat Lena diskors. Seingetku sih enggak ada. Satu-satunya orangtua yang muncul cuma orangtuanya Dion. Itu juga ibunya aja.

Kalau tokoh utamanya....

Udah khas teenlit sepertinya. Sang tokoh bisa jadi mudah cinta dan mudah benci :))

Jadi ingat, beberapa jam sebelum aku menulis review ini aku minta foto bareng seorang pemadam kebakaran--foto berdua--di kala yang lain minta foto bareng sama komandan dan anaknya (anak balita perempuan yang seragamnya hampir persis dengan seragam ayahnya) XD

Itu membuktikan kalau aku masih berjiwa muda #ifyouknowwhatimean.

Tapi tokoh utamanya gak punya ciri khas lain yang biasanya tercipta di sebuah buku teenlit. Yaitu karakter yang nyaris sempurna. Misalnya, udah cakep atau cantik, baik dan tajir pula, terus selalu jadi sorotan dan pujaan banyak orang namun biasanya gampang dibodohi yang tema ceritanya benci jadi cinta ._.

CineUs bukan teenlit yang seperti itu. Aku suka dengan pemilihan karakter Lena yang cenderung sederhana. Bukan sorotan massa. Bukan perempuan sempurna. Hanya memiliki tekad yang kuat. Dan untungnya Lena bisa move on dari mantannya dan gak cinta sama musuhnya XD

Tapi meski masih ala-ala teenlit (bukannya hal ini jelek hanya saja aku sudah bosan dengan yang seperti itu), karakter di buku ini kuat kok. Dan favorit aku itu Ryan. Orangnya agak 'amburadul' :p

Soal ending, ini gak diduga. Meski aku sudah menduga-duga bagaimana akhirnya. Tapi gak sama dengan dugaanku. Hanya saja ada beberapa hal yang kurang jelas dibagian ending. Ada masalah-masalah yang penyelesaiannya digantungkan. 

Ah, sudahlah.

Bagaimanapun, cerita itu milik penulis. Apapun yang ia tulis, cerita itu adalah dunia ciptaannya :)




Satu lagi, aku ngerti kenapa gambar di cover depannya bertiga tapi pas cover depan lapis pertama diangkat, covernya bedua :))




Postcard


***

Postingan ini diikutsertakan dalam Lomba Review Novel CineUS


http://www.smartfren.com/ina/home/

www.noura.mizan.com

109 comments:

  1. Replies
    1. jangan lupa, ntar dibuat review kayak mbak Marya ini. hahaha.

      Delete
    2. Ayo cepet baca kak Nan >.<

      Tanggal 20 lho deadline-nya :)

      Delete
    3. rh tanggal 20 ya? kirain udah lewat tgl 30 kemarin....

      Delete
    4. Tanggal 20 Desember kok :)

      Ayo baca bukunya :)

      Delete
  2. aduuuh, kurang suka teenlit. >,<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang ini lumayanlah....
      Gak terlalu 'sesuatu' kayak kebanyakan teenlit -_-

      Delete
  3. Sudah lama meninggalkan dunia teenlit :)) Apa resensi ini diikutkan lomba? Waktu itu sih pernah lihat di twitter lagi diadain lomba resensi Cine Us ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, cuma belum aku daftarin :))

      Aku juga udah lama ninggalin teenlit :)

      Tapi lumayanlah, bisa ada acara booksigning kalau ketemu teh Evi. Kan kita tinggal di kota yang sama :p

      Delete
  4. hooo, semangat anak muda untuk bikin film memang keren! semoga kritik2nya didenger sama penulisnya ya, setidaknya untuk referensi detail tempatnya yang kata Mbak Marya kurang pas itu, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya bukan gak pas sih...
      Tapi karena itu tempat yang aku tahu, jadi saat tempat itu dideskripsikan, otak aku langsung ngebayangin. Dan kebetulan di buku kasusnya antara deskripsi buku sama yang di otak aku beda....

      Delete
    2. Ternyata memang beda tempat yaa..banyak tuh kasus kayak gitu karena banyaknya tempat yang namanya sama.. >_<

      Delete
    3. Jadi gak enak sama teh Evi. Untungnya teh Eva mampir ke sini jadi bisa klarifikasi. Kata teh Eva, kemungkinan teh Evi gak tahu ada Pasir Jati lain di Bandung. Begitu juga aku. Gak tahu kalau ada Pasir Jati yang lain.....

      Delete
  5. Teenlit bukan genre yang "Aku banget" deh, tapi asli penasaran banget sama cover, judul dan ceritanya yang tentang film gitu kan, mana ada ilustrasi gambarnya pula! AAAAAAAA penasaran >___<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama >.< Teenlit juga bukan genreku. Tapi lumayanlah buat penyegaran :)

      Delete
    2. Ada teenlit yang bagus, ada yang kurang. Tergantung penulis sih :D

      Delete
    3. Kalau menurutku, yang bagus atau yang kurang itu bukan tergantung penulis. Tapi tergantung pembaca. Udah banyak kasus sih aku suka banget sama satu buku yang ternyata dibenci banget sama orang lain XD

      Delete
    4. Selera orang emang beda-beda sih ya kak :D

      Delete
    5. Iyalah....
      Dan pembaca pinter bikin pusing penulisnya XD
      Doyannya baca apa coba? XD

      Delete
    6. Betul, betul! Makanya biasa aku nulis sesuai yang aku mau, karna terlalu pusing kalo mikirin apa yang pembaca mau. Hehehe

      Delete
    7. nulis mah, buat sendiri dulu aja. Biar enjoy :)

      Delete
    8. aku juga setuju, meskipun kurang suka teenlit secara umum, tapi hrs bilang ada juga beberapa teenlit yang ceritanya lumayan bagus, dan yg penting tokoh-tokohnya gak ababil. :)

      Delete
    9. ababil? XD
      Yang penting buatku sih karakternya kuat :p
      Kayak Superman dan Wonderwoman gitu *salah fokus*

      Delete
    10. Lol setuju! Asal karakter kuat n gak alay-alay gitchu :p

      Delete
  6. repiunya pedes tapi krenyes(?) xD suka! moga menang mbaaak, aku mendukungmu lewat sms(?) #lah #gagalfokus :)))

    ReplyDelete
    Replies
    1. #gagalfokus XD

      Pedes ya? Yah, beginilah pendapatku....

      *lalu mumpet dari teh Evi dan sembunyi di belakang teh Eva
      *lalu salah orang
      *kemudian hening

      Delete
    2. Suka reviewnya kak, detail banget. Semuanya di pretelin XD

      Delete
    3. Belum semua sebenarnya. Mau aku tambahin lagi. Kayaknya ada yang kelewat ._.

      Delete
  7. wait until the fat lady sing --> ini setahuku maksudnya jangan membuat prasangka dulu sebelum hasilnya keluar. Jadi masih on progress gitu, tapi udah ada perkiraan hasil, padahal hasilnya belum tentu benar :)

    ReplyDelete
  8. Tumben reviewnya panjang bener :)))

    Aduh, kenapa sih sama genre teenlit? *komentar untuk komen-komen sebelumku*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena emang niatnya meretelin bukan ngereview XD kalau mas Jun mau ceritanya diperetelin, aku dengan senang hati melakukannya :))

      Udah pada gak doyan teenlit kayaknya XD

      Delete
    2. iya bener, bosen. hahaha xD

      Delete
    3. Boleh tuh ceritaku dipretelin :))

      Kenapa bosen sama teenlit? Aku nggak. Malahan aku hari ini baca teenlit Before I Fall-nya Lauren Oliver.

      Delete
    4. Bener ya? Kukis Pedas aku peretin :)) mau dipublikasi atau jaringan pribadi? ._.

      Before I Fall (meski belum baca), aku yakin kalau ceritanya gak pake label teenlit. Dan teenlit yang (aku juga yakin) dibaca orang-orang yang udah bosen teenlit itu bukan buku-buku kayak punya Lauren Oliver :))

      Teenlit yang aku sering baca juga bukan yang gitu :p

      Delete
    5. Labelnya teenlit kali, sama kayak cineus. Cuman beda genre doang. Cuman istilah teenlt itu terlalu "berat" di barat karena membawa-bawa "literature" makanya terus disebut YA saja disana.

      Nah, arti teenlit mengalami peyorasi disini (jadi novel remaja galau akan cinta) mungkin karena pembaca zaman sekarang udah bosan dengan penggunaan bahasa gaul dan agak sinetroniyah, padahal sudah jelas lho teenlit itu singkatan teen literature yang artinya bacaan remaja yang mana Harry Potter, Percy Jackson, Eragon, masuk di dalamnya.

      Delete
    6. Setuju! Teenlit jaman sekarang dianggapnya cerita ringan pake bahasa gaul ala remaja, padahal kan gak harus gitu. Yang penting bacaannya bisa dicerna otak remaja. Aku malah gak suka novel dangkal yang menye-menye :/

      Delete
    7. Iya juga, Teenlit di Indonesia udah cenderung ke tema remaja yang galau akan cinta.


      Yang menye menye mah, aku bakal say goodbye XD Aku kan udah gak galau #eh

      Delete
    8. Iya, kak. Kadang gemes bacanya :/

      Hahaha. Sama (bukan soal galaunya :p). Aku males bacanya yang isinya gak gitu 'berkualitas' :p

      Delete
    9. iya bener, bosen sama yang cinta-cintaan remaja menye-menye. teenlit yang sebenernya itu macam kayak gimana sih?

      Delete
    10. Jangan bilang gak berkualitas.... Itu kalimat bisa bikin penulis sedih lho... Menurutku 'teenlit' yang--kita sebut aja menye menye--itu bacaan ringan....

      Delete
    11. Twilight Saga menurutku bukan bacaan ringan lho, itu bacaan berat.

      Delete
    12. Emangnya Twilight Saga menye menye ya? Aku cuma baca Eclipse dan... ya.... butuh dua bulan buat baca. Lebih berat dari Tunnels ._.

      Delete
    13. Err iya, maap, harusnya aku nggak bilang 'nggak berkualitas' ya... Maap )):
      Um, iya, yang menye-menye itu emang bacaan ringan (:
      Twilight Saga emang nggak ringan, karena ada fantasinya so, yeah, butuh waktu juga bacanya. Hehehe

      Delete
    14. Tapi kan nggak semua bacaan ringan tokohnya menye-menye ._.

      Delete
  9. Harus menang ini harus :D kalo menang GA lagi ya kak #eh. lol. goodluck kak i love it :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. GA lagi? XD Insya allah....

      Delete
    2. asiiik GA lagiii yang banyaaaak. #eh. haha xD

      Delete
    3. See? Pada setuju tuh kak :D

      Delete
    4. Yang lagi berlangsung juga belum kelar XD

      (yaiyalah, kan lagi berlangsung mana mungkin udah kelar -_-)

      Delete
    5. haha kalo gitu tunggu semua kelar deh. Kami rela menanti~ Hehehe ^^

      Delete
    6. Okeh, ditunggu ya kak :3 Hihihi

      Delete
  10. Reviewnya bagus kak, sangat detail tapi juga jujur... walau sedikit krenyes tp membangun penulisnya untuk lebih lagi berkarya ^^
    Keep spirit high kak^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya agak takut nulis segamblang ini. Karena udah denger ada kasus pembaca ribut sama penulis karena bukunya diperetelin ._.

      Delete
    2. Yang di GR itu ya kak? Asal kt merieview dengan jujur dan tidak memberikan masukan menurutku sih oke2 aja kak, justru memacu penulis untuk lebih semangat menulis lg ^^ semangat kak

      Delete
    3. Iya kasus itu. Takutnya malah jadi perang. Aku pernah jadi kubu netral. Gak dukung penulis gak dukung pembaca. Cuma nyuruh sama-sama instrospeksi diri aja. Penulis sudah berusaha dan pembaca tinggal menikmati dan tidak seharusnya pembaca mengata-ngatai penulisnya padahal dia sendiri gak tahu gimana susahnya menulis....

      Eh, malah disemprot sama pembaca yang lagi berselisih itu -_-

      Delete
    4. aduuh, pernah ada kasus kayak gitu? serem yaa. :|

      Delete
    5. Aku setuju sm Kak Astri. Lagipula menurutku reviewmu masih jauh dari istilah "ngajak ribut" kok.

      Delete
    6. Semoga :))
      Tapi teh Evi juga udah pernah mampir ke sini sih dan fine fine aja :)

      Delete
    7. Whoa reviewing can be such a dangerous activity :o Tapi menurutku, masing-masing punya hak sih. Pembaca and reviewer punya hak buat kasih pendapat mereka, tapi ya dengan cara penyampaian yang membangun. Penulis juga punya hak mau nerima kritik ato gak, tapi ya kedua pihak harus sama-sama pengertian :3

      Delete
    8. Kalau menurutku, penulis itu harus menerima kritik. Yang boleh milih itu didengerin atau enggak didengerin... Eh ini maknanya sama enggak?

      Yah, kalau yang ngritik gak tahu sopan santun mah, gak usah didengerin ._.

      Delete
    9. Selama kritiknya enggak keterlaluan dan malah ngasih masukan yang bagus kedepannya sih seharusnya enggak masalah kak :)
      Dan menurutku sih enggak jauh beda sama pendapat kakak, penulis itu harus mau di kritik sama pembaca, tinggal menanggapinya aja yang beda :)
      Terus buat pembaca, sebaiknya sih kalo mengkritik jangan berlebihan dan jangan sampe ada unsur marah-marahnya, santai dan halus aja ;D

      Delete
  11. thx u for the review..
    bukan jenis buku yg biasa aku baca sih..tapi suka baca ripiu anak buku :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku anak manusia -_-

      Kalau anak Blogger Buku Indonesia sih iya :))

      Ayo gabung ke BBI juga :)

      Delete
    2. gak pinter buat ripiuw kak, buat ripiuw paling cuma 3 kalimat doang. hahaha. >,<

      Delete
    3. masukin sinopsis aja udah beberapa kalimat tuh :))

      Delete
    4. Pengeinnya sih ngereview juga kak, di kepala sih udah ada inti-inti yg harus dimasukin tapi kalo udah dipindahin dalam bentuk kalimat, jadi amburadul bingung sendiri :D Dan seringnya malah berakhir jadi curhat :D

      Delete
    5. mending curhat aja sekalian :) lumayan buat ngupdate blog #eh

      Delete
  12. udah gabung BBI kayaknya deh...kalo ripiu kadang bikin di goodreads sih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lah kok kayaknya? ._. Itu enam bulan gak update bisa didepak loh, kalau gak salah....

      Delete
    2. kalo udah gabung BBI, eksis juga di blognya dok, kakak. ^_^
      semangaaat~

      Delete
    3. iya, aku juga review juga copy paste terus tambah kurangin :))

      Delete
  13. Udah agak lama nggak baca teenlit sih, soalnya ya itu hehe. Tapi setelah membaca review nya, jadi penasaran. Lebih penasaran lagi di bagian akhir postingan yang tentang cover itu. Itu, satu orang lagi kemana kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baca aja bukunya. Aku gak mau ngasih sop iler :))

      Delete
    2. gak mau ngasih sop iler, tapi maunya ngasih spoiler yah. hahaha xP

      Delete
    3. Kayaknya aku bisa nebak apa artinya :)) *sotoy

      Delete
    4. Trust me....
      Apa yang terjadi di buku ini bukan hal yang mas Jun tebak....
      *sotoy
      *anggap aja aku tahu apa yang mas Jun tebak

      Delete
  14. Novel-novel yang ditujukan untuk segmen teenager sekarang ini bukan termasuk prioritas bacaku. Tapi kalau dapet gratis atau dari penulis tertentu semisal Meg Cabot, aku sih gak nolak buat punya dan baca, sekalian buat selingan pas lagi jenuh sama novel lain. Lagipula teenlit pada umumnya punya konflik yang ringan, jadi aku tinggal ngikutin alur aja tanpa terlalu penasaran/mikirin/nebak2 endingnya gimana, toh biasanya udah bisa "kebaca". :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ending yang 'kebaca' jadi salah satu alasan kenapa teenlit udah jarang banget aku baca....

      Tapi yang ini lumayan. Setidaknya ada bagian yang mengejutkan :)

      Delete
    2. Ohhh, jadi itu salah satu penyebab "ketidaksukaan" pada teenlit :))

      Untunglah, menurut reviewmu ini, teenlit satu ini tidak sinetroniyah :))

      Delete
    3. Enggak >.< CineUs enggak sinetron kok :) Dan gak menye-menye ._.

      Delete
    4. Kenapa ya nggak suka menye-menye? Padahal tidak sedikit manusia itu suka banget menye-menye. Memandang rendah diri sendiri, tak puas dengan orang sekitarnya, tak puas pada Sang Pencipta, selalu merasa kekurangan ._.

      Atau tidak suka menye-menye karena, yah, sudah bosan karena sudah melihatnya (atau melakukannya) setiap hari? Mungkin saja ._.

      Delete
    5. Nah, ini kembali ke tingkat toleransi ke"menye2"an tiap orang kak. Ada yang kadar toleransinya tinggi atau bahkan suka, ada juga yang anti.. :))

      Kalo aku nggak sukanya karena beberapa kasus cerita cenderung lebay, galaunya lebay juga..

      Delete
    6. Aku udah sering 'ketemu' sama yang menye menye XD
      Enough! XD

      Delete
  15. Jiahhahahahah inget Dion pasti ingat Dion Wiyoko ya, secara kami mirip (putihnya) cuma beda di tinggi badan hahaha tp kok ndut sih hehehe. Goodluck ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Enggak ah, ketemu Dion ingetnya mas Dion Yulianto XD
      Thanks mas :)

      Delete
  16. wah lengkap banget reviewnya. Mudah2an sukses buat resensi Cine Us yaa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. karena diperetelin :p
      review biasanya sih gak sampe sepanjang ini XD
      amin, makasih mbak :D

      Delete
    2. Nanti kapan-kapan kalau ada waktu, aku mau daftarin hak cipta "pretelin" ah :))))

      Delete
    3. emangnya gak ada yang make kata pretelin selain aku? XD

      tapi kalaupun ada pasti penggunaannya beda #eh >.<

      Delete
  17. sebenernya teenlit is soooo not bacaanku, tapi baca resensi CineUs ini jadi pengin tahu juga sih. kapan-kapan baca juga ah....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo cepet baca dan ikut lomba reviewnya >.<
      Diperpanjang sampai akhir tahun :D

      Delete
  18. Reviewnya panjaaang.. semoga bisa menang lomba reviewnya.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepanjang itu dibaca enggak? #eh

      amin...

      makasih kak Octa, makasih mas Jun :)

      Delete
  19. Hohohoho, jarang-jarang ada novel yang temanya tentang klub film :D
    Btw, reviewnya panjang ya :p dan kayaknya isinya gag cuma review deh #eh :p
    Semoga menang lombanya kak ;)
    Itu beneran seri The Maze Runnernya cuma 60k? *ngiler* *salah fokus*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, makanya aku tertarik juga buat baca. Gak cuma karena lomba review sih. Ada satu buku buat lomba juga, udah beli, tapi karena males bacanya ya gak jadi ikutan XD

      Iya, ini judulnya meretelin ._.v

      Beneran 60rb >.<

      Delete
    2. Mahal ya >.< *ikutan salah fokus

      Delete
    3. murah >.<
      dulu aku beli Maze Runner 74rb diskon cuma 20%. Jadi sekarang sakit hati ._.

      *kebawa arus salah fokus*

      Delete
  20. Maaf oot, btw kamu anak cendol kan ya?

    ReplyDelete
  21. Terima kasih sudah mengapresiasi novel CineUs. Semoga nanti berkenan mengapresiasi sekuelnya :)

    ReplyDelete