Friday, 1 March 2013

Review : Harry Potter and the Chamber of Secret by J. K. Rowling

Penulis : J. K. Rowling
Penerbit : Gramedia
Tebal : 432 Halaman
Terbit : Cetakan ke IV, Desember 2000
Genre : Fantasi
Status : Sewa









Sinopsis

Harry Potter sudah tidak tahan lagi melewati liburan musim panas bersama keluarga Dursley yang menyebalkan, dan dia ingin sekali bisa segera kembali ke Sekolah Sihir Hogwarts. Tetapi tiba-tiba muncul makhluk aneh bernama Dobby, yang melarangnya kembali ke sana. Malapetaka akan menimpa Harry kalau dia berani kembali ke Hogwarts.

Dan malapetaka betul-betul terjadi. Karena pada tahun keduanya di Hogwarts muncul siksaan dan penderitaan baru, dalam wujud guru baru sok bernama Gilderoy Lockhart, hantu bernama Myrtle Merana yang menghantui toilet anak perempuan, dan perhatian tak diinginkan dari adik Ron Weasley Ginny.

Tetapi semua itu cuma gangguan kecil dibandingkan dengan bencana besar yang kemudian melanda sekolah: Ada yang mengubah murid-murid Hogwarts menjadi batu. Mungkinkah pelakunya Draco Malfoy yang jahat, pesaing utama Harry? Mungkinkah dia Hagrid, yang riwayat masa lalunya akhirnya terbongkat? Atau, mungkinkah pelakunya anak yang paling dicurigai semua orang di Hogwarts... yakni Harry Potter sendiri???



Footnote

Dear Harry,

Bagaimana keadaan kamarmu? Suramkah? Kau meninggalkannya selama setahun dan pasti tidak banyak yang berubah. Tentu setelah mereka tahu kalau kau adalah salah satu dari kaum yang selalu pemilik rumah anggap tidak ada. Setidaknya lebih baik ketimbang kamar di bawah tangga kan? Kau tahu Harry? Tentu saja tidak. Aku jadi ingin punya ruangan di bawah tangga. Dulu bawah tangga sering dijadikan ayahku sebagai tempat aku dan adikku bermain ayunan. Dulu tapi.

Tapi pamanmu itu kok masih saja kejam? Dia tahu kau penyihir dan dia seharusnya tidak berani melakukan apapun padamu. Termasuk mengurungmu di kamar. Dengan tralis dan lubang kucing. Mereka pikir kau ini peri rumah apa?

Btw, peri rumah. Dobby. Kudengar dia mengunjungimu untuk memberikan peringatan. Perlu kukatakankah kalau dia benar. Kejadian, kejadian selanjutnya memang memuakan.

Kau tak bisa menembuh peron 9 3/4. Kupikir hal itu terjadi karena kereta sudah berangkat dan tak ada gunanya kau mencoba melintas. Tapi kereta tidak berangkat hingga pukul 11 siang tepat. Lalu kau terbang bersama Ron ke Hogwarts dengan mobil. Dan kau hampir mati.

Tapi semua itu tidak ada artinya ketimbang kemunculan guru yang luar biasa menyebalkan. Aku tidak bicara tentang Snape. Kejahatan Snape buatku masih lebih baik ketimbang sikap Lockhart. Dia pikir kata-katanya mempan terhadapku. Aku tidak percaya padanya. Kalau boleh memilih, aku lebih suka membantu Snape mencuci katak mati ketimbang membantu Lockhart untuk membalas surat penggemar.

Dan sesuatu yang membuatku khawatir tentu saat kau mendengar apa yang tidak bisa di dengar orang lain. Berbicara bahasa ular dan membuat banyak orang yakin kalau kau adalah keturunan Slytherin. Menurutku memang itu mungkin saja. Kau sendiri punya jubah gaib yang sangat langka. Atau bahkan mungkin hanya kau yang punya jubah itu.

Jubah itu menolong, tapi kau tetap harus berhati-hati agar tidak jatuh ke tangan yang salah. Jubah itu membawamu kepada kebenaran. Menyelinap ke toilet perempuan dan bertemu dengan Myrtle yang telah mati lima puluh tahun yang lalu. Menyelinap keluar sekolah untuk bertemu Hagrid. Masuk ke Hutan Terlarang saat hari sudah gelap.

Satu kucing, satu hantu, beberapa murid membatu. Ini pastilah yang telah Dobby peringatkan. Mereka tidak mati. Dan pesan di dinding yang ditulis dengan... apa itu darah?

Lalu Hagrid ditangkap karena diduga kalau dia keturunan Slytherin. Apa saat itu tidak ada yang tahu kalau Hagrid itu setengah raksasa? Ini lebih tidak mungkin terjadi. Akan lebih mungkin jika keturunan Slytherin adalah seorang darah campuran.

Aku percaya siapun yang telah membuka kamar rahasia dan melepas mahluk mengerikan yang membuat laba-labah pergi menjauh bukanlah kau, Harry. Aku percaya padamu. Aku memang darah murni, tapi aku bukan bagian dari Slytherin. Sampai kapanpun. Aku memang bodoh jika dibandingkan dengan teman-teman seasramaku. Aku tahu aku memang memilih asrama itu. Sama seperti kau yang memilih Gryffindor. Dan sama, aku juga punya alasan. Yang tidak perlu kujelaskan.

Senang rasanya jika bisa terus mengingat apa yang dikatanan Dumbledore padamu.

"..... Coba pikir." | ".....hanya karena saya tak mau...." | " Pilihan kitalah, Harry, yang menunjukkan orang seperti apa sebenarnya kita, lebih dari kemampuan kita."

Regards,
ryana


My Story

Ini dapet pinjemannya susah sah sah sah. Tanggal satu Februari aku ke Pitimoss. Bukunya lagi dipinjem dan balik tanggal tujuh. Tanggal tujuh aku balik dan katanya belum dibalikin sama yang pinjem. Tanggal empat belas aku balik dan buku ini udah dipinjem dan balik tanggal tujuh belas. Tanggal delapan belas aku ke sana dan bukunya  belum dibalikin padahal udah telat. Tanggal sembilan belas aku gak bisa ke sana karena sakit dan baru bisa balik lagi tanggal dua puluh dua dan kena denda empat hari atas buku yang telat aku kembalikan. Tapi setidaknya aku mendapatkan pinjaman buku ini. Fiuh....


Pin

Aku tidak bisa banyak bicara soal buku ini. Otakku dipenuhi kerjaan yang melanda setiap akhir bulan. Dan kondisi yang gak fit juga bikin aku gak bisa baca buku ini cepat-cepat. Kepotong-kepotong. Tapi karena udah nonton filmnya, jadi gak terlalu masalah. Yang jadi masalah, ada adegan yang tidak sama antara buku dan film. Yah, kalau yang ini tidak bisa dihindari.

Penjelasan tentang hal-hal yang telah dijelaskan di buku sebelumnya... Seperti tentang apa itu jubah gaib. Buatku sedikit menganggu. Memang sih maksudnya mungkin agar pembaca yang tidak membaca dari awal bisa tetap mengikuti jalan cerita. Tapi menghilangkan rasa greget untuk membaca pendahulunya.

Dan dengan ini aku menyatakan, aku lebih menyukai Snape ketimbang Lockhart. Aku rela berfoto dengan Snape dalam pose dicekik ketimbang berfoto dengan Lockhart dengan senyum yang dipaksakan.

Postcard

 

No comments:

Post a Comment