Wednesday, 10 April 2013

Review : Vampire Mountain by Darren Shan

Penulis : Darren Shan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 192 Halaman
Terbit : Cetakan III, Januari 2010
Genre : Fantasi
Status : Dulu Pinjam kini Beli

Home of the Damned










Sinopsis

Daren Shan telah menjalani kehidupan sebagai asisten vampir selama delapan tahun. Kini tiba saatnya bagi Darren dan Mr. Crepsley untuk menempuh perjalanan berbahaya ke jantung dunia vampir demi menghadiri Rapat Dewan Vampir yang biasa berlangsung dua belas tahun sekali. Tapi yang harus mereka hadapi bukan hanya rute menantang, cuaca dingin, dan binatang buas-vampaneze mengintai mereka...

Berakhirnya perjalanan menuju Gunung Vampir malah mendatangkan berbagai masalah baru. Mr. Tiny meramalkan kebangkitan klan vampaneze dan kehancuran klan vampir. Vampirisme Darren ditentang banyak pihak. Nama baik Mr. Crepsley pun dipertaruhkan, padahal bagi vampir lebih baik kehilangan nyawa daripada harga diri. Bagaimana cara para Pangeran Vampir menyikapi masalah-masalah ini? Satu hal yang pasti--syarat diterimanya Darren ke dalam klan vampir lebih mematikan daripada yang dibayangkannya.


Footnote

Dear Darren,

Aku sempat menyukai Evra. Kehidupannya yang keras membuatku bersimpati kepadanya. Aku tahu ia seorang bocah ular. Tapi itu tidak masalah bagiku selama ularnya tidak pernah membahayakanku. Tapi sikapnya setelah menjadi pemuda ular....

Aku tidak suka saat tahu kalau ia sedikit tidak mempedulikanmu :|

Kau melakukan perjalanan ya? Aku telah mendengar ceritanya. Hebat tapi bodoh.

Kenyatannya adalah untuk menghadiri Rapat Dewan yang diadakan dua belas tahun sekali, juga menjadi ajang untuk uji kemampuan. Tidak boleh memakai alas kaki, hanya boleh mengenakan kaos dan celana biasa, dilarang membawa alat bantu seperti tali, bahkan tidak ada baju cadangan. Tapi kenapa mesti membawa serta Madam Octa? Dia kan laba-laba. Untuk apa dia menghadiri acara kumpul keluarga para vampir?

Perjalanan yang menyenangkan kalau saja kalian bisa membawa banyak perbekalan. Tapi kedatangan Mr. Tiny yang menginginkan dua Orang Kerdil-nya ikut bersama kau juga Mr. Crepsley, membuatku resah. Kedatangan Mr. Des Tiny itu kuanggap sebagai pertanda buruk.

Memang buruk kan? Setidaknya selama perjalanan kalian....

Vampaneze. Mereka ada di jalur menuju Gunung Vampir. Aku masih ingat Murlough. Ia gila dan saudaranya pasti tak jauh beda. Tapi salah satu dari mereka mati. Dan aku sepikiran saat kalian--juga Jendral Gavner--menemukan makamnya. Tak akan ada Vampaneze yang akan berani muncul sendirian di tengah-tengah wilayag kekuasaan Vampir.

Kecuali mereka benar-benar berniat menemui Kurda. Aku tidak menyangka dia menyebut para Vampaneze dengan sebutan teman.

Lupakan. Toh Gunung Vampir jauh lebih menarik untuk dibicarakan.

Sayang ya 'istana' para pangeran terletak di dalam gunung. Kau tahu Darren, aku langsung tertawa saat kau bilang kau membayangkan Mr. Crepsley menggunakan jubah kebesaran dan mahkota saat ia hampir menjadi seorang pangeran vampir XD Dia pasti buruk sekali dengan guratan bekas luka di pipinya.

Oh iya, aku menyukai Seba. Salah seorang vampir tertua di sana. Ida tampak bijaksana, dan sungguh mengerikan juga caranya mendidik Mr. Crepsley hingga akhirnya Mr. Crepsley memilih untuk membakar lubang hidungnya.

Tentang Arra Sails. Kau sungguh hebat bisa menjabat tangannya. Dia bahkan tidak mau menjabat tangan calon Pangeran Vampir. Bahkan meski diancam hukuman pancang di Aula Kematian.

"Ya?" | "Jabat tanganku!" | "Satu pertarungan yang hebat tidak menjadikanmu pejuang." | "Jabat tanganku!" | "Kalau tidak?" | "Aku akan naik kembali ke atas palang-palang itu dan bertempur denganmu sampai kau menjabat tanganku."

Bahkan sang 'mantan pacar' Arra pun tidak berani menantangnya. Sungguh vampir wanita yang hebat.

Tapi kenapa kehebatanmu juga dipertanyakan?

"Kau akan dipermalukan dan diusir dari Gunung Vampir dengan hina." | "Apakah kau akan merasa malu juga?" | "Di mata para Pangeran aku tidak akan mendapatkan malu, tapi di mataku sendiri, ya. Sebagai orang yang relah memilih dan mengaliri darahmy, aku akan ikut menanggung rasa malu yang kau alami." | "Kau tidak sanggup menanggung malu sebesar itu, ya kan?" | "Tidak." | "Kau akan pergi dan mencari cara mempercepat kematianmu. Berburu hewan buas dan melawan Vampaneze, dan terus memaksakan diri sampai salah satu dari mereka membunuhmu?" | "Seperti sesuatu seperti itu."

Dan akhirnya kau dihadapkan untuk mengikuti Ujian Inisiasi.

"Melarang Darren untuk Ujian sama artinya dengan mempermalukan dirinya." | "Kata-kata yang mulia. Bersediakah kau mengulangi kata-kata itu di pemakamannya?" | "Lebih baik mati dengan harga diri daripada hidup berkubang aib."

Vampir memiliki satu sudut pandang yang tak bisa diubah. Lebih baik kehilangan nyawa dari pada harga diri. Kehidupan kaum kalian memang keras. Secara tidak langsung memaksamu menyanggupi Ujian yang akhirnya hanya ada tiga pilihan. Berhasil membuktikan diri di hadapan para vampir, gagal dan mati saat Ujian, atau pancang-pancang di Aula Kematian.


dengan kecemasan,
ryana


My Story

Oh, rasanya aku sudah tidak perlu menceritakan bagian ini :p


Pin

Aku tidak sabar membereskan misi rereadku.

Perjalanan yang membosankan. Tapi penceritaan yang detail membuatku menikmatinya. Aku berasa mengikuti mereka.

Sayangnya perjalanan yang memakan waktu lama itu tidak terlalu lama saat kubaca. Buku ini lebih tipis dari buku sebelumnya, Padahal perjalanan bisa lebih di explore lagi.

Buku ini tampaknya sudah tidak cocok untuk anak-anak. Darren sudah 8 tahun meninggalkan rumahnya. Dia sudah semakin dewasa dan konflik yang ia alami semakin berdarah-darah.

Sama seperti buku lain. Di Gunung Vampir tidak banyak karakter yang perlu diingat.

Buku selanjutnya akan lebih hebat.

Sejak pertama aku mengenal om Shan, dia sudah sebat.

Kalau buku sebelumnya banyak yang lupa, di buku ini cukup banyak yang kuingat.

Nah, berhubung mataku sudah mulai burem karena waktu semakin malam, aku tidak bisa cerita banyak :p

Langsung saja ke rating.........................


Postcard

 

No comments:

Post a Comment