Wednesday, 15 May 2013

Review : Trials of Death by Darren Shan

Penulis : Darren Shan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 200 Halaman
Terbit : Cetakan ke-3, Januari 2010
Genre : Fantasi
Status : Dulu pinjam kini beli

The bloodletting begins...










Sinopsis

Untuk membuktikan dirinya layak dialiri darah vampir, para pangeran vampir hanya memberi Darren Shan dua pilihan : Ujiian atau pancang-pancang di Aula Kematian. Terkadang Darren berpikir mati akan jadi anugerah terbesar buatnya. Namun di saat-saat sulit, Darren merasa beruntung memperoleh dukungan dari Vanez Blane si pengawas permaianan, Kurda Shmalt sang calon pangeran vampir, dan Gavner Purl si jenderal vampir.

Demi menghindari takdir mengenaskan, Darren mengerahkan segenap keberanian, kecerdasan, dan kekuatan secara fisik maupun mental. Namun perhatian Rapat Dewan Vampir terpecah karena kekhawatiran datangnya serangan vampaneze, seperti yang diramalkan Mr. Tiny. Darren sendiri belum menyadari bukan hanya maut di Ujian yang harus dia hadapi, tapi juag pengkhianatan yang mengintai seluruh penghuni Gunung Vampir.




Footnote

Dear Darren,

Aku mencemaskan keadaanmu. Ujian Inisiasi tidaklah cocok untukmu. Aku tidak bermaksud meremehkan kemampuanmu. Tapi kita semua tahu kalau kau seorang manusia setengah vampir dan Ujian Inisiasi didesain untuk vampir yang ingin membuktikan kemampuan dirinya atau ingin menjadi jendral meski lulus dari ujian ini tidak akan otomatis membuat seorang vampir menjabat menjadi seorang jendral.

Aku tahu kehormatan sangatlah penting bagi vampir, tapi tentu saja nyawamu jauh lebih penting.

Semua yang mengikuti Ujian Inisiasi tidak punya banyak pilihan. Jika kau lolos kau masih tetap hidup. Jika kau mati tentu saja berarti kau gagal. Tapi jika kau gagal tapi tidak mati, mereka akan membawamu ke Aula Kematian dan dijatuhkan di atas pancang-pancang dan mati secara tidak terhormat.

Labirin Air.

Sungguh keuntungan badanmu tidak terlalu besar. Tapi beban yang kau bawa tetap saja merepotkan. Sebuah batu yang beratnya setengah berat badanmu. Kau harus menyusuri lorong-lorong yang hanya memiliki empat jalan keluar. Kabar baiknya, kau tidak perlu ke Aula Kematian jika kau gagal. Karena jika kau tidak bisa keluar maka kau akan mati. Sesuai namanya, labirin air. Air akan dialirkan ke dalam labirin. Makin lama makin meninggi. Lalu memenuhi seluruh labirin dan udara akan habis.

Jalur Jarum.

Ini mengerikan. Tapi Vanez benar. Setidaknya nyawamu akan ada di tanganmu sendiri. Kau hanya perlu berhati-hati. Sekali saja suara yang menggema, maka beberapa retakan stalaktit akan melubangi tubuhmu. Stalagmitnya juga licin. Kau perlu ekstra hati-hati. Jika ada sesuatu terjatuh dari atas, kau perlu menangkapnya atau benda itu akan terjatuh dan bunyinya akan membuat yang lain ikut jatuh. Dan jika huru hara terjadi kau akan mati.

Aula Api. 

Sepertinya tidak ada yang mudah dari ujian-ujian yang ada. Dan di sini kau harus berusaha menghindari api yang bisa keluar dari lubang manapun dari lantai di bawahmmu. Kau tak punya banyak waktu untuk menghidari api yang bisa muncul kapan saja. Dan jika kau ada dalam posisi terjebak, kau bisa hangus terbakar.

Celeng Buas.

Ah celeng ini tidak akan berbahaya. Kau ingat kau telah mengalahkan beruang kan? Yah, meski Harkat membantumu. Tapi celeng ini kan lebih kecil. Meski ada dua, tentu bukanlah masalah besar. Darah vampir membuatmu lebih kuat dibanding manusia biasa. Anak seusiamu tentu akan langsung mati. Sudah kunyatakan tidak ada ujian yang tidak berbahaya. Masalahnya bukan hanya kau yang dialiri darah vampir, tapi celeng-celeng itu juga :(

Setidaknya Festival Mahluk Imortal menyelamatkanmu. Aku setuju dengan Kurda setidaknya ini terjadi dua belas tahun sekali. Maka kau tidak perlu melihat semua vampir bertingkah laku tidak layak. Minum sampai mabuk, bertarung sampai mati, menari sampai lelah, melolong hingga serak.

Oh ya, cara para Pangeran membantumu--tentu tanpa mengurangi kehormatan mereka sebagai petinggi vampir--membuatku geli. Mereka mengedip dan bertampang polos. Aku tidak tahu kalau mereka berpura-pura. Tapi kalau aku tahu, aku pasti akan tertawa terbahak-bahak. Kupikir itu ide Kurda, Dia gila kalau berusaha membuat para Pangeran bermain 'curang' agar dapat membantumu. Tapi ternyata ide ini datang dari vampir tertua yang masih hidup.

Vanez membantumu dalam banyak hal. Tapi tentu saja Arra juga patut diberi ucapan terima kasih. Dia vampir wanita yang hebat. Aku tidak menyangka kalau Arra adalah mantan kekasih--atau mantan istri--Mr. Crepsleys. Mr. Crepsley beruntung sekali. Dia terpilih dari ratusan bahkan ribuan vampir pria yang ada di muka bumi.

"Kalau kau perlu bantuan untuk menyiapkan diri, panggil saja aku. Aku pernah menghadapi Ujian tiga kali, lebih sering dari siapapun, untuk membuktikan aku pantas menjadi vampir. Hanya sedikit yang tidak kuketahui tentang ujian-ujian itu." | "Kami akan selalu mengingatnya." | "Masih santun seperti biasa, Larten. Dan masih setampan dulu." | "Dan kau masih secantik dulu." | "Aku tahu."

Aku tidak bisa menahan tawaku saat Arra memuji Mr. Crepsley XD

Mr. Crepsley kan vampir yang kaku. Cara bicaranya juga sopan. Seperti yang diajarkan Seba. Kalau aku jadi Mr. Crepsley, aku juga akan berkata dengan sangat sopan. Terlebih karena Seba tak segan mencabut rambut di lubang hidung muridnya saat muridnya berbuat kesalahan. Tapi aku tidak menyangka kalau Mr. Crepsley juga melakukan taruhan, meski caranya berbeda dengan taruhan vampir lain.

".... Kebanyakan vampir bertaruh pada kekalahanmu. Kurda, Gavner dan Arra menyanggupi sebagian besar taruhan itu. Mereka percaya padamu." | "Senang mendengarnya. Bagaimana dengan Mr. Crepsley?" | "Dia bilang dia tidak suka bertaruh. Apalagi atas diri anak-anak." | "Dasar vampir yang membosankan, dia memang suka bicara seperti itu." | "Tapi aku mendengarnya bicara pada Seba Nile. Dia bilang kalau kau gagal, dia bakal memakan jubahnya."

Aku senang kalau Mr. Crepsley memakan jubahnya. Apalagi jubah merah kesukaannya. Wajahnya pasti payah sekali XD

Dan aku juga senang karena kau tidak mengambil kesempatan untuk berbuat curang agar kemungkinanmu berhasil menjadi lebih besar.

"Kau sudah siap?" | "Sudah." | "Kau harus tetap tinggal di sini sampai airnya dialirkan. Itu tanda dimulainya Ujian. Tidak ada yang bisa melihatmu begitu kami pergi, jadi tidak ada yang bisa mencegahmu berbuat curang selain hati nuranimu sendiri." | "Aku tidak akan berbuat curang. Aku akan menunggu sampai airnya dialirkan." | "Aku yakin kau akan melakukannya. Bagaimanapun juga aku tetap harus mengatakannya, sesuai tradisi."

Sayang sekali. Kau harus mengakhiri perjuanganmu dan bunuh diri. Bukan karena kau takut tapi karena kau menghindari orang yang baru kau sadari seorang pengkhianat.

Ah, Master Shan, kenapa ujian harus merenggut rambutmu. Perlukah aku membuat mahkota agar kau bisa menutupi kepala botakmu?


regards,
ryana



My Story

Ceritanya sih masih sama. Yah, cerita aku dapetin buku satu sampai lima sih gitu-gitu aja :))


Pin

Misi reread sudah selesai sebenarnya. Aku sudah maju ke buku ke tujuh. Yeay! Tapi review buku ke enam ya nunggu bulan ke enam biar sesuai misi #hahay

Dari enam buku yang sudah kubaca. Ini yang menurutku paling keren. Setidaknya Darren berkali-kali berada di ambang kematian. Dan saat-saat ia mencari posisi yang paling pas untuk mati, justru dia menemukan jalan agar tetap hidup.

Sayangnya, buku ini kurang panjang. Lebih banyak yang bisa diceritakan dari ujian-ujian yang mematikan. Kalau lagi bener-bener niat baca, sehari juga kelar. Tapi aku senang aku tidak bosan membolak-balik halaman dan membaca secara acak.

Dan endingnya, sungguh menggantung -_-


Postcard


No comments:

Post a Comment