Friday 31 May 2013

Review : Harry Potter and the Order of the Phoenix by J. K. Rowling

Penulis : J. K. Rowling
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 1.200 halaman
Terbit : Januari 2004
Genre : Fantasi
Status : Kado









Sinopsis
 
Dumbledore menurunkan tangannya dan menatap Harry melalui kacamata bulan-separonya. "Sudah waktunya bagiku," katanya, "untuk memberitahumu apa yang seharusnya kuberitahukan kepadamu lima tahun lalu, Harry. Duduklah. Aku akan mengungkapkan segalanya."

Tak diragukan lagi tahun kelima Harry Potter bersekolah di Hogwarts merupakan tahun yang sangat penting. Kini ia berusia lima belas tahun, dan sebagai remaja ia mengalami gejolak masa muda yang mengubah beberapa sifat dasarnya. Ia akan menjalani ujian OWL yang menegangkan, yang akan menentukan akan jadi apa dirinya setelah lulus. Ia sering sekali bertengkar dengan Cho, sehingga bukan tidak mungkin hubungan mereka putus. Dan ketika ia berkelahi dengan Draco Malfoy, peranannya sebagai Seeker tim Quidditch Gryffindor terancam. Semua ini membuat Harry begitu nelangsa, sehingga untuk pertama kalinya ia ingin sekali meninggalkan Hogwarts.

Di tengah semua kegalauan itu, Lord Voldemort dengan kekuatan sihirnya yang luar biasa terus-menerus menghantui Harry. Tanpa henti Pangeran Kegelapan menyiksanya melalui bekas lukanya dan akhirnya memaksa Harry bertarungmati-matian melawan para Pelahap Maut. Dan puncaknya adalah ia harus menyaksikan kematian seseorang yang amat dicintainya...



Footnote

Dear Harry

Aku tak tahu harus mengatakan apa lagi padamu. Semakin aku mengenalku semakin aku kehabisan kata. Kau tahu? Kau semakin mengagumkan. Seiring bertambahnya usia, daya pikirmu semakin logis. Membuatmu terlihat lebih hebat dari sebelumnya. Tapi, semakin banyak pula yang harus kau hadapi.

Serangan Dementor yang mengejutkan. Ngapain coba mereka di Little Whinging malam-malam? Berharap menangkap Sirius di tempat di mana kau melihatnya untuk pertama kalinya? Mereka mengerikan, tapi tampaknya mereka tidak punya otak.

Dan itu sebabnya mereka berjalan-jalan jauh sekali dari Azkaban hanya untuk bertemu dengan Anak-Yang-Bertahan-Hidup. Cara mereka menyingkirkanmu hanya karena mengatakan kebenaran, benar-benar.... ah, aku bahkan tak sanggup mengatakan seberapa parahnya mereka.

Charna guts kalau kata para vampir!

Privet Drive, serapi apapun tempat itu, sepertinya tidak pernah membawamu ke musim panas yang menyenangkan. Sampai para pengawal rahasia membawamu ke Markas Besar Orde Phoenix.

Aku pernah mengunjunginya saat aku kecil. Rumah Besar Bangsawan Black. Tapi jangan harap aku ingat seperti apa kunjungannya waktu itu. Sudah lama sekali. Aku yakin rumah itu masih suram. Aku ingat seperti apa rumah ibu dari buronan yang menjadi walimu. Sejujurnya menurutku dia mengerikan.

"Karena aku membenci mereka semua : orangtuaku dengan kegilaan mereka akan darah murni, yakin bahwa menyandang nama Black otomatis membuatmu ningrat..."

Aku sependapat dengan Sirius. Mungkin hal itulah yang membuatnya masuk Gryffindor bukannya Slytherin. Percaya atau tidak, itu juga penyebab aku tidak mau masuk Slytherin. Status darah bukanlah hal yang pantas dibanggakan. Ini sama saja dengan menghina mereka yang merupakan kelahiran Muggle. Beberapa malah mengejekku karena aku seorang darah murni. Menyebalkan memang. Tapi aku tidak bisa meminta darah apa yang kita miliki saat kita dilahirkan bukan?

Setelah lolos dari 'cengkraman' kementrian, kau kembali terlibat masalah...

Guru baru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Dia benar-benar kejam. Tidak mengizinkan muridnya menggunakan sihir di dalam kelasnya. Memastikan tidak ada praktek yang sebenarnya membuat pelajaran yang seharusnya asyik menjadi tidak berguna. Belum lagi detensi yang diberikan padamu. Yang mengakibatkan bekas luka yang permanen.

Dan kau juga tidak bisa bermain Quidditch. Senang mendengar kau masih memiliki semangat untuk belajar dengan Laskar Dumbledore yang kau bentuk bersama kedua sahabatmu. Melatih mantra-mantra yang akan berguna untuk melawan Kau-Tahu-Siapa yang telah kembali. Sayang aku tidak bisa ikut....

Tapi apa yang kau lihat dalam mimpimu.... Saat kau sadar kalau hal itu adalah kenyataan.... Mungkin membawamu kepada fakta kalau Voldemort merasukimu....

Dan membawamu kepada guru yang paling kau benci untuk menjalani privat. Menurutku ia guru yang baik. Setidaknya dia masih berkeinginan untuk membagi ilmunya denganmu. Meskipun tidak sampai kau menguasainya karena keingintahuanmu dengan ingatannya.

"...bagaimana anda tahu dia tidak mencoba melemahkan saya untuk kepentingan Voldemort, agar lebih mudah baginya memasuki pik..." | "Aku mempercayai Severus Snape. Tapi aku lupa--satu lagi kesalahan orangtua--bahwa ada luka-luka yang terlalu dalam sehingga tak bisa sembuh."

Namun akhirnya kau tetap berhadapan dengan Pangeran Kegelapan. Dan pertarungan, selalu saja berakhir kesedihan dan terkadang disertai kematian....


regards,
ryana


My Story

Ini adalah buku pertama serial Harry Potter yang aku baca. Kudapatkan saat liburan Idul Fitri saat aku kelas X. Kakak sepupuku di Madiun memberikan buku ini, baru dan masih berplastik serta ada label harganya, saat aku berkunjung ke sana dengan ayahku. Setelah menempuh ratusan kilometer jalan menggunakan sepeda motor. Yup sepeda motor.

Selama seminggu aku dan ayah di luar rumah. Ke Yogyakarta, Madiun dan Malang :p

Saat sampai kembali di Bandung, aku merasa kehilangan pantat. Padahal aku tidak menaruh tongkat sihir di saku belakang celana jins.

Untuk pertama kalinya aku mendapatkan THR selain uang :D

Setelah menahan diri begitu lama karena aku berniat membaca buku ini saat liburan semester, akhirnya gak kuat juga. Aku membabat buku ini dalam empat hari di akhir masa liburan. Aku tidak bisa menaruh buku ini. Aku bahkan tetap membaca saat makan.

Aku terkena mantra Imperius. Tante Jo membuatku menyukainya....


Pin

Seorang anak PKL di tempat kerjaku bilang kalau buku ini membosankan.

Kalau dilihat dari adegan serunya sih mungkin iya, Tapi kenyataannya buku ini yang paling tebal diantara saudara-saudaranya. Pertarungannya memang tidak sesering buku ke empat. Yang menurutku paling luar biasa baik film ataupun bukunya. Tapi bukan berarti buku ini tidak seru.

Banyak yang bisa kupahami dari buku ini. Deskripsi yang rinci. Cerita yang beneran berasa setahun ya yang ini. Bulan bergulir tidak terlalu cepat. Mungkin karena si Harry juga bosen kali ya di Hogwarts. Yah, dengan tugas dan PR yang menggunung dan hak-hak murid yang dicabut sewenang-wenang oleh Umbridge.

Akhirnya juga tragis. Untuk pertama kalinya seseorang yang dicintai Harry mati setelah ia mengenal dunia sihir....

Dan pembunuhan semacam ini kadang bikin pembaca sebal sama penulis. Tapi kenapa justru ceritanya makin dicinta ya? ._.a


Postcard


No comments:

Post a Comment